Tuesday, June 30, 2009

Organisasi dan Efek Selebritas

Posting Pak Benny Nasution (BN) menggugah saya untuk membagi informasi yang terdapat dalam sebuah artikel tulisan tiga serangkai: Rindova, Pollock dan Hayward (RPH) berjudul “Celebrity Firms: The Social Construction of Market Popularity”dalam Jurnal Academy of Management Review 2006 Volume 31, No.1, halaman 50 – 71 dan bukunya Joel Bakan (JB) “The Corporation, The Pathological Pursuit of Profit and Power” terbitan tahun 2004.

Komentar BN dapat diartikan sebagai: individu yang duduk dalam kepengurusan suatu organisasi sebaiknya membawa kemajuan bagi organisasinya; bukan sebaliknya, individu menggunakan organisasi sebagai alat untuk memajukan dirinya.

Hubungan individu dalam suatu organisasi dengan organisasi sebagai kumpulan individu yang memiliki persamaan kepentingan sering kali tidak mudah dipisahkan (Jones, 2004). Kreitner dan Kinichi (2004) bahkan menyebut organisasi adalah kenyataan sosial yang memiliki krieria sosial sebagaimana dinyatakan oleh Greenberg dan Baron (2003) yakni ada interaksi sosial antara dua orang atau lebih, adanya struktur interaksi yang stabil, perlu ada minat atau sasaran bersama di antara para anggotanya, dan tiap anggota perlu membedakan diri dengan yang bukan anggota. Dalam hububungan seperti tersebut di atas, jelas terlihat antara organisasi sebagai lembaga dan individu sebagai pengelolanya dapat saling memanfaatkan satu terhadap lainnya. Persoalannya berkaitan dengan etika, adakah batasan yang dapat membedakan kepentingan individu dan kepentingan organisasi? Dalam konteks kini, ketiadaan, kekaburan atau rendahnya pemahaman terhadap batasan tersebut dapat berujung pada tindakan korupsi jabatan.

Di pihak lain, interaksi organisasi dengan lingkungan luarnya, seringkali memberi berkah (endow) sekaligus hujatan bagi perusahaan. Jurnalis seringkali memberi atribut positif kepada perusahaan atas aksi mereka yang dinilai memberi manfaat bagi masyarakat. Atribut positif yang terus terakumulasi ini lambat laun menjadikan organisasi tersebut diberi status sebagai organisasi selebriti (RPH, 2006). Rein, Kotltler dan Stoller (1987) memberi pengertian tentang selebriti: “individual or organisation whose name has attention-getting, interest-riveting and profit generating value”. Individu dalam organisasi selebriti berpeluang menjadi individu selebriti apabila tindakan yang dilakukannya sejalan dengan strategi dan langkah organisasi dan selalu berusaha agar status selebriti organisasinya tidak hilang. Sebaliknya meski duduk di dalam kepengurusan organisasi selebriti, individu lainnya tidak serta merta menjadi individu selebriti jika tidak dapat memanfaatkan posisi organisasi sebagai organisasi selebriti.

JB mengingatkan bahwa acap kali kita tidak menyadari bahwa di sekeliling kita sudah dipenuhi oleh produk – produk organisasi selebriti. Apa yang kita makan, minum, lihat, kenakan, dengar, kendarai, pikirkan, kerjakan hampir semuanya didominasi oleh produk korporasi yang sebagian besar sudah menjadi organisasi selebriti. Kehidupan, perilaku dan budaya kita tanpa disadari dipengaruhi oleh “kekuasaan” para selebriti. JB juga mengingatkan bahwa dengan statusnya sebagai korporasi yang mencapai status sebagai organisasi selebriti seringkali para eksekutifnya justru merusak reputasi dirinya maupun organisasinya. Kasus Enron dan WorldCom merupakan contoh hal tersebut.

Dalam konteks Indonesia, khususnya sektor Telematika, apakah MASTEL sudah tergolong organisasi selebriti? Mengacu definisi Rein et all di atas dan melihat kiprahnya sejak didirikan hingga kini serta respon masyarakat, tentunya MASTEL sudah dapat dikategorikan sebagai organisasi selebriti. Jika demikian bukankah individu dalam organisasi selebriti berpeluang menjadi individu selebriti?

Kesimpulan sementara, individu pengurus organisasi selebriti yang memanfaatkan status organisasi guna meningkatkan nilai dirinya (menjadi berstatus selebriti) masih dianggap wajar bila dalam upayanya tersebut berpegang pada etika sehingga dapat membedakan kepentingan organisasi dan individu. Kegagalan individu selebriti sebagai pengelola organisasi individu yang disebabkan oleh ketidak-mampuan memegang teguh etika akan menghancurkan status dan reputasi organisasi selebriti, selain menghancurkan reputasi dirinya sendiri.

Jika Keunggulan Kompetitif Tidak Menunjukkan Kinerja:

Abstraksi
Bagaimana jika keunggulan kompetitif tidak dapat menjadi ukuran kinerja perusahaan? Teori Resource-Based View (RBV) tidak memformulasikan siapa akan yang memperoleh keunggulan tersebut. Paper ini memaparkan faktor-faktor yang menunjukkan keuntungan resource-base dan siapa yang akan mendapatkan keuntungan tersebut. Peranan pihak internal, terutama para investor, mungkin memberikan transaksi yang besar dari kekuatan tawar menawar. Penggabungan RBV dengan kekuatan tawar-menawar dilakukan dengan mengasumsikan perusahaan sebagai suatu kumpulan kontrak. Pandangan ini dapat membantu dalam menjelaskan kapan keuntungan akan dihasilkan dan siapa yang akan mendapatkannya. Dalam pelaksanaannya, diperlukan teori mengenai kinerja perusahaan yang lebih kuat dari RBV.

Pada saat perusahaan memiliki keunggulan kompetitif, berapa banyak keuntungan yang diperoleh para pegawai? Hal ini penting karena keuntunga tersebut mungkin tidak dapat ditinjau dalam pengukuran kinerja (seperti gaji dan keuntungan yang berkurang). Teori RBV sangat berguna untuk memprediksikan kinerja, namun tidak dapat memprediksi hasil yang diterima oleh para pegawai. Sementara itu, Konsep kekuatan tawar-menawar stakeholder dapat menjelaskan hubungan antara aset strategis dengan pengukuran kinerja perusahaan.

Bukan Perusahaan yang Membagikan Keuntungan, Melainkan Orang-orangnya: Perusahaan sebagai Kumpulan Kontrak
Teori RBV menyatakan jika perusahaan memiliki sumber daya yang beraneka ragam, perusahaan akan memperoleh keuntungan berdasarkan pada sumber daya yang jarang ada. (Barney, 1991; Wernerfelt, 1984). Pendukung teori RBV mengasumsikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sumber daya strategis dan kinerja perusahaan (Amit dan Schoemaker, 1993; Hall, 1993; Peteraf, 1993). Artinya, untuk meningkatkan kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan fokus pada akuisisi dan pengelolanaan sumber daya strategis. Namun pernyataan tersebut tidak akurat karena teori RBV hanya mengasumsikan kinerja perusahaan diukur pada tahap pertama, yaitu perolehan keuntungan, sementara pembagian keuntungan tidak diikutsertakan.

Teori RBV menganggap bahwa perusahaan merupakan kumpulan sumber daya yang unik, sehingga harus ditetapkan pokok-pokok mengenai kumpulan sumber daya tersebut dalam perusahaan. Kenyataannya, sumber daya strategis merupakan knowledge-base yang kompleks yang mungkin dimiliki oleh berbagai pihak yang terikat dengan perusahaan. Asumsi perusahaan sebagai kumpulan kontrak2 (nexus of contracts) memperdalam RBV melalui dua cara. Pertama, asumsi tersebut menyorot proses berdasarkan sumber daya yang terikat pada perusahaan dengan kurang teliti. Kedua, memastikan bahwa perusahaan tidak dapat membagikan keuntungan karena perusahaan tidak dimiliki oleh satu orang melainkan beberapa orang sehingga menjadi lebih rumit. Karena sumber daya strategis tidak sepenuhnya dimiliki perusahaan, maka hak kepemilikan menjadi bias.

Kumpulan keuntungan adalah jumlah seluruh keuntungan yang dikumpulkan tanpa menghiraukan siapa yang akan mendapatkannya, baik karyawan, investor, maupun pihak lainnya. Keunggulan kompetitif, konsep yang sangat berhubungan dengan perolehan keuntungan, merupakan pokok dari manajemen strategis.

RBV terfokus pada aset yang unik yang meningkatkan nilai perusahaan dan kemampuan yang tidak dapat ditiru (Barney, 1991). Pembagian keuntungan dipandang sebagai faktor eksogen. Berdasarkan pandangan ini, keunggulan kompetitif hanya menggunakan perolehan keuntungan dari kemampuan strategis perusahaan. Artinya, perusahaan tetap memperoleh keuntungan dari pesaing walaupun keuntungan tersebut tidak diberikan kepada investor, melainkan diberikan kepada berbagai pihak dalam perusahaan. RBV dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan jika menyelidiki bagaimana keuntungan dihasilkan dan bagaimana pembagiannya secara simultan.


Menentukan Kekuatan Tawar-menawar Stakeholder
Kekuatan tawar-menawar akan semakin tinggi jika stakeholders: dapat bertindak dalam kesatuan perusahaan, mempunyai akses informasi penting, memiliki biaya pengganti yang sangat tinggi bagi perusahaan, dan mendapat kerugian yang rendah bila pindah ke perusahaan lainnya.

Pembagian Keuntungan dalam Tim yang Sederhana
Dalam tim yang sederhana, bagian yang penting dalam menghasilkan keuntungan seharusnya adalah pemilik atau manajer. Total keuntungan dihasilkan dalam kelompok dibagikan kepada seluruh anggota sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi lebih kecil.

Pembagian Keuntungan dalam Korporasi
Karena sumber daya manusia merupakan inti dalam menghasilkan keuntungan, maka para karyawan juga memiliki kekuatan tawar-menawar, yaitu akan ada biaya jika mengganti karyawan dalam perusahaan, terutama karyawan yang bekerja pada inti teknologi perusahaan karena kemungkinan pengetahuan mereka tidak dapat digantikan maupun ditiru.

Manajemen harus dapat mengidentifikasi dan memperoleh sumber daya bagi perusahaan dan mengawasi pengembangan pengetahuan dan kinerja dalam perusahaan. Hal ini membuat manajemen menjadi stakeholder yang sangat berharga dalam memperoleh keuntungan perusahaan. Kekuatan tawar-menawar manajemen mungkin berada pada urutan paling atas karena manajer dapat menggunakan kekuasaannya untuk meningkatkan kekuatan tawar-menawar tersebut.

Kekuatan tawar menawar investor akan semakin lemah karena sumber daya keuangan yang mereka berikan bersifat umum, berubah-ubah, tidak khusus dan dapat digantikan dengan mudah (Barney, 1991; Castanias dan Helfat; 1991). Selain itu, jika perusahaan memiliki keuntungan yang berkelanjutan, sumber daya keuangan akan berlimpah sehingga perusahaan tidak akan mengalami kerugian yang besar jika investor mengundurkan diri. Faktor yang paling signifikan dalam lemahnya kekuatan tawar-menawar investor adalah karena mereka tidak memiliki informasi dan keahlian yang cukup mengenai perusahaan. Kekuatan tawar-menawar pemegang saham tergantung pada kemampuan mereka dalam mengendalikan dan memberikan dorongan bagi perusahaan (menguasai perusahaan).

Internal stakeholder memiliki informasi yang lebih baik, kemampuan yang penting untuk menghasilkan keuntungan, dan biaya pengganti yang sangat tinggi sehingga mereka berhak untuk mendapatkan bagian dari keuntungan yang telah diperoleh. Namun pembagian keuntungan tersebut sulit untuk dideteksi dalam pengukuran kinerja tradisional. Artinya, walaupun stakeholder memiliki kekuatan dalam peusahaan, keuntungan tersebut mungkin tidak dapat dirasakan. Jika perusahaan terus menerus mendapatkan keuntungan, sudah pasti keuntungan tersebut akan berkorelasi dengan pengukuran kinerja perusahaan. Meskipun demikian, hubungan antara perolehan keuntungan dan kinerja seharusnya lebih kuat pada saat investor luar memiliki kekuatan tawar-menawar.

Kestabilan dalam pembagian keuntungan kemungkinan akan mendapat gangguan dari kebiasan hak milik perusahaan (Barzel, 1989). Pemilik perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih kecil dibandingkan dengan para karyawannya karena karyawan merupakan sumber daya manusia yang berperan lebih besar dalam memperoleh keuntungan. Namun, kepemilikan perusahaan akan semakin bias karena pada saat ini banyak perusahaan yang menghargai para karyawannya dengan memberikan mereka opsi saham.

Terdapat dua ancaman utama dari pasar yang dapat mengurangi keuntungan. Pertama ancaman dari persaingan normal. Serangan pesaing merupakan penyebab utama keuntungan perusahaan terus berkurang (Jacobsen, 1988). Ancaman eksternal kedua adalah pengendalian pasar pada korporasi. Namun, perusahaan mungkin akan menghindari hutang pajak, pesaing, investor dan penjarah yang tidak mengetahui adanya keuntungan dari sumber daya perusahaan.

Dengan demikian, agar dapat memprediksi kinerja perusahaan dengan lebih baik, model RBV harus dintegrasikan dengan konsep kekuatan tawar menawar stakeholder. Model keunggulan sumber daya perusahaan (resource-base advantage) yang lengkap harus memasukkan konsep kekuatan tawar menawar dalam memprediksikan keuntungan diatas normal.

Konstribusi Organisasi Industri Terhadap Manajemen Strategis

Model tradisional Organisasi Industri (Industrial Organization/IO) dari Bain/Mason memberikan manajemen strategis suatu model sistematis untuk menaksir persaingan yang terjadi di dalam industri, namun model ini jarang digunakan dalam kebijakan bisnis(Business Policy/BP). IO dan BP memiliki perbedaan dalam kerangka referensi (publik lawan privasi), unit analisis (industri lawan perusahaan), pandangan dalam pengambilan keputusan, stabilitas struktur, dan dalam hal signifikan lainnya. Perkembangan teori IO selama tahun 1970-an telah memperkecil kesenjangan antara kedua bidang tersebut, dan membuktikan bahwa IO harus menjadi pusat perhatian bagi pengambil kebijakan.

Organisasi Industri dapat mempengaruhi konsep strategi kebijakan bisnis, dan kebijakan bisnis juga mempengaruhi Organisasi Industri. Organisasi Industri dapat memberikan berbagai pilihan analisis strategis bagi perusahaan dalan industri, dan penelitian mengenai hal tersebut tumbuh dengan cepat.

Model tradisional organisasi industri memberikan dasar dalam formulasi strategi. Hal ini dijelaskan melalui pengujian kerangka Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (LCAG) yang telah menjadi dasar dalam kebijakan bisnis (1969; Andrews,1971). LCAG mendefinisikan strategi sebagai suatu cara perusahaan untuk bersaing dalam lingkungannya, yang meliputi tujuan, produk, pasar, pemasaran, manufaktur, dan lainnya. Formulasi strategi yang efektif menurut LCAG merupakan hubungan dari empat elemen yang digambarkan pada gambar di bawah ini.

Model LCAG melatar belakangi penelitian selanjutnya, yaitu model tradisional IO Bain/Mason. Inti dari model ini adalah bahwa kinerja perusahaan dalam penempatan pasar sangat tergantung pada karakteristik lingkungan industrinya. Hal ini ditunjukkan dalam kerangka structure-conduct-performance di bawah ini.

Struktur indusstri menentukan perilaku perusahaan, selanjutnya perilaku tersebut akan menentukan kinerja perusahaan dalam penempatan pasar (Bain,1968; Mason,1953). Kinerja didefinisikan secara luas termasuk kinerja social, yang meliputi profitabilitas, efisiensi biaya, dan inovasi. Perilaku meripakan keputusan perusahaan mengenai harga, periklanan, kapasitas dan kualitas. Struktur industri didefinisikan sebagai relativitas kestabilan ekonomi dan teknikal dimensi suatu industri yang memberikan konteks terjadinya persaingan (Bain, 1972). Elemen utama dalam struktur industri adalah rintangan masuknya pemain baru dalam industri (Bain, 1956), jumlah dan ukuran distribusi perusahaan, dan elastisitas permintaan total (Bain, 1968).

Namun, terdapat beberapa kelemahan dalam teori ini, yaitu:
1. Terdapat masalah kepemilikan terhadap perbedaan kerangka referensi. Para pelaksana kebijakan lebih tertarik meningkatkan kinerja perusahaan dari sudut pandang privasi, misalnya meningkatkan return on investment (ROI), sementara peneliti IO lebih memilih pada sudut pandang sosial yang artinya mengurangi ROI untuk mencapai tingkat persaingan.
2. Unit analisis dan asumsinya pada IO berbeda dengan BP. Para pelaksana kebijakan sangat menaruh perhatian pada permasalahan di dalam perusahaan, dan memandang bahwa setiap perusahaan sebagai suatu entitas yang unik dengan kekuatan dan permasalahan yang berbeda-beda. Sementara teori IO mengasumsikan bahwa seluruh perusahaan dalam suatu industri adalah identik dalam pengertian ekonomi, selain ukuran perusahaan.
3. IO dan BP memiliki pandangan yang berbeda mengenai pengambilan keputusan. IO memandang perusahaan sebagai suatu unit tunggal dalam mengambil keputusan, membuat pilihan berdasarkan tujuan ekonomi. Di sisi lain, para pelaksana kebijakan menempatkan tekanan yang besar terhadap personalitas pemimpin, proses politisi dalam perusahaan, dan kemungkinan tujuan perusahaan memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku perusahaan dalam pasar. Artinya, terdapat dimensi manusia dalam BP sementara tidak ada pada IO.
4. IO memandang perusahaan sebagai suatu entitas yang bebas berdiri yang bersaing dalam suatu bisnis usaha sementara para pemakai kebijakan menganggap bahwa unit bisnis individual merupakan bagian dari diversifikasi portofolio perusahaan dalam bisnis. Untuk mengatasi pembagian biaya, perusahaan haru memformulasikan strategi baik dalam tingkatan unit bisnis maupun keseluruhan unit bisnis.
5. IO memiliki perspektif yang statis. Model Bain/Mason menjelaskan bahwa kinerja industri merupakan hasil dari pengaruh struktur industri dan struktur industri diasumsikan stabil sedangkan para pemakai kebijakan harus mengatasi perubahan yang terjadi dalam struktur industri. Struktur industri terus berubah sebagaimana dalam model IO bahwa rintangan masuknya pemain baru dan hal lainnya dapat mempengaruhi struktur organisasi.
6. Determinisme merupakan elemen dari teori IO. Teori IO tradisional beranggapan bahwa strategi dan kinerja perusahaan ditentukan oleh struktur industri. Sementara para pemakai kebijakan menyatakan bahwa perusahaan secara fundamental dapat mengubah struktur industrinya melalui tindakan mereka. Namun demikian, perusahaan tidak selalu bisa mengubah struktur industri.
7. IO sangat terbatas. Teori IO hanya menerangkan sedikit aspek penting pada struktur industri, seperti penyebaran ukuran perusahaan dan barriers to entry. Sementara pemakai kebijakan memberikan variabel penting lainnya bagi strategi dalam industri. Banyak variabel yang relevan dalam struktur industri yang tidak ditemukan dalam teori IO pada tahun 1950-an dan 1960-an.
8. IO dan BP memiliki fungsi yang berbeda. Peneliti IO tertarik pada hubungan kinerja/struktur yang terjadi secara umum yang dapat meningkatkan persaingan dibandingkan dengan resiko dari hubungan tersebut pada situasi tertentu. Sedangkan para pelaksana kebikajan selalu memusatkan perhatian pada setiap situasi yang dihadapi oleh perusahaan. Secara statistik, perbedaan tersebut akan memberikan perbedaan dalam mengembangkan teori secara fundamental bagi para pelaksana kebijakan dan peneliti IO.
9. Teori Oligopoli adalah abstrak dan harus diuraikan lebih dalam. Model oligopoli dibangun dengan asumsi yang tidak realistis seperti mekanisme fungsu reaksi, fungsi biaya dan permintaan yang serupa diantara pesaing, dan sebagainya. Game theory, yang menggunakan analisis marginal dalam membentuk oligopoli tidak menggunakan contoh langsung yang diambil dari persaingan industri seperti perang nuklir, perundingan tenaga kerja, atau strategi keputusan harga. Pengujian teori oligopoli dan game theory hampir selalu dilakukan pada situasi percobaan, bukan pada industri yang sebenarnya.
Dengan demikian, walaupun model IO sangat berguna dalam formulasi strategi industri, namun model ini tidak dapat digunakan pada BP dalam fungsi manajemen secara umum. IO memberikan pemahamana sistematis mengenai lingkungan industri, namun hanya dapat digunakan pada analisis tertentu.

Dengan adanya berbagai kelemahan tersebut, model IO terus dikembangkan guna mengatasi kelemahannya dalam pembentukan kebijakan bisnis. Pengembangan model IO tersebut, yaitu:
1. Keberadaan model IO pada perspektif pembentukan strategi mulai muncul dalam berbagai literatur untuk memudahkan dalam penjelasan mengenai model IO.
2. Para peneliti IO mulai menggeser unit analisis model IO dalam perusahaan dan industry yang menumbuhkan konsep kelompok strategis (strategic groups). Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dalam industru dapat dikelompokkan menurut strateginya, dan reaksi perusahaan terhadap gangguan dan pola persaingan ditentukan oleh bentuk kelompok tersebut. Selanjutnya, perubahan kendala (mobile barriers) pada model IO menjelaskan perbedaan kinerja berdasarkan perusahaan dalam industri yang sama dan memberikan pengertian dasar mengenai posisi perusahaan dalam suatu industri. Keberadaan kelompok strategis/perubahan kendala dalam model IO meningkatkan konstribusi IO pada analisis strategis. Selain itu keduanya juga merupakan titik awal dari model dinamika perubahan industri, dimana perbedaan strategi dan tujuan dapat meningkatkan posisi strategis perusahaan.
3. Penelitian IO mulai meneliti hubungan antara unit bisnis dengan induk perusahaannya dalam model industri.
4. Penelitian IO mulai mengikutsertakan model dinamika perubahan inndustri, beberapa kerangka mengenai keputusan strategis perusahaan. Sejumlah model telah meneliti beberapa aspek tambahan berupa investasi perusahaan dan inovasi dalam konteks dinamika.
5. Model IO yang baru mengakui adanya pengaruh balik terhadap perilaku (strategi) perusahaan dalam struktur pasar.
6. Peneliti IO telah mengidentifikasi elemen struktur industri lainnya yang penting dalam interaksi persaingan, seperti kendala keluar dari industri (exit barriers), hubungan tawar menawar pemasok dan pembeli, perdagangan dan persiangan internasional, pasar modal, integrasi vertikan dan franchise, serta variable lainnya yang dapat digunakan dalam formulasi strategi.
7. Peneliti IO pada akhirnya mengakui perbedaan fungsi di dalam suatu perusahaan dan di dalam suatu industri.
8. Beberapa langkah telah dilakukan dalam mengaplikasikan teori oligopoli dan teor permainan (game theory) pada kondisi pasar yang sebenarnya, misalnya pada industri penerbangan, industri peralatan elektronik, pembentukan pasar, dan pengembangan anak perusahaan oleh perusahaan multinasional.

Dengan adanya pengembangan dari teori IO, maka teori ini pun mulai digunakan dalam kebijakan bisnis. Kerangka IO untuk menganalisis struktur dan perubahan industri, posisi perusahaan dalam industri, dan interaksi persaingan dan tindakan strategis telah berkembang dengan pesat sehingga memberikan konstribusi dalam kebijakan bisnis bagi para pemakainya.

Monday, June 29, 2009

Pengantar Regulasi

Regulasi sering dikatakan sebagai bagian dari tindakan pemerintah, namun kata regulasi juga dapat diartikan sebagai kumpulan perintah yang bersifat khusus – di mana regulasi ikut serta dalam penetapan berbagai peraturan yang digunakan oleh suatu badan yang dituju, atau sebagai pengaruh kekuasaan Negara – di mana regulasi memiliki pengertian yang luas dan meliputi seluruh tindakan Negara yang dirancang untuk mempengaruhi industri dan perilaku sosial.

Regulasi juga dapat diartikan sebagai berbagai bentuk pengaruh atau pengendalian sosial - di mana seluruh mekanismenya mempengaruhi perilaku baik berasal dari ketetapan pemerintah maupun dari sumber lainnya (misalnya pasar) yang dianggap sebagai regulator.

Regulasi sering dianggap sebagai tindakan yang membatasi perilaku dan mencegah terjadinya aktivitas yang tidak diinginkan (konsep lampu merah) tetapi pengaruh regulasi juga memungkinkan atau memudahkan suatu aktivitas (konsep lampu hijau) misalnya regulator menetapkan untuk mengendalikan perilaku pasar daripada membiarkanya mengalami kekacauan.

Kegunaan Regulasi yang sering diperdebatkan antara lain mengenai efisiensi, akutabilitas dan keadilan dalam sistem regulasi. Karena itu banyak studi yang membahas mengenai perbaikan regulasi guna mencapai keseimbangan dari berbagai pihak baik industri, konsumen maupun regulator.

Iri dan Ketenangan Bathin

IRI itu juga bisa mengandung kata sifat, seperti warna, rasa, aroma dan suara. Ndak percaya? langsung saya kasih contoh, ndak usah pakai teori:

- IRIsan cabe ijo, warnanya jelas hijau, rasanya pedas, aromanya khas lombok, suaranya nyres, chres, chres.....huihh huihh fedes.

- IRIng-iringan mobil jenazah; warnanya putih, diikuti warna-warni bunga; rasanya sedih; aromanya harum bunga melati, mawar, kenanga dan daun pandan tercampur aroma keringat karena sengatan panas matahari; suaranya, hik...huk... mengguguk - guguk... sendu tertahan.

- IRIgasi Kedung Ombo; warnanya coklat bening, rasanya dingin hambar air, aromanya sedap embun pagi; dan suaranya gemerisik suara muka air dihembus angin Boyolali.

nah kalau yang di atas itu contoh nyata, di bawah ini analisa berdasar teori pitaberas, archimites, dan alajabar linier:

jarak silaturahmi antara orang yang punya sifat iri dengan orang yang selalu sukses (yang di-iri-i) = kudrat dari usia hari (bukan tahun) orang iri dikalikan dengan nilai keberhasilan miliki orang yang di-iri-i. jadi semakin tua usia seseorang yang selalu punya sifat iri, jarak silaturahmi-nya dengan siapa saja (walau kepada anak yang baru lulus SD, sekalipun) semakin jauh, nah padahal jarak silaturahmi menentukan mudah-susahnya, atau jauh-dekatnya perjalanan menuju surga. jarak silaturahmi berbanding lurus dengan jarak ke surga. artinya, semakin dekat jarak silaturahmi, semakin dekat dan semakin mudah pula rute menuju surga.

rumus dari teori kedua, IRI dikalikan KEKAYAAN (yang sudah dimiliki) ditambah JABATAN PUBLIK (yang sudah tercapai) sama dengan KERUSAKAN LINGKUNGAN. ditulis KL = (I*Ky) + JP. artinya, orang kaya yang bersifat iri sudah punya potensi merusak lingkungan sosial, ekonomi, dan politik. apalagi kalau orang tersebut memiliki jabatan publik yang tinggi, misalnya presiden, menteri, gubernur, ketua RT, Ketua Umum Alumni, Kepala Sekolah, dlsb. Kekayaan dikalikan Jabatan itu sama dengan Power. Padahal kita tahu ada teori terdahulu yang menyatakan bahwa "Power Tends To Corrupt".

rumus ketiga, jika IRI dicemplungi IMAN, IBADAH dan IKHLAS, maka bila bobot ketiga parameter terakhir ini lebih besar dari parameter IRI, dan pencemplungannya dilakukan berulang-ulang, belajar dari rumus ARCHIMITES, maka IRI akan habis meluber keluar ember. ditulis dalam rumus Ketenangan Bathin = Sigma IMAN+IBADAH+IKHLAS (untuk n tak terhingga/secukupnya) - IRI.

selamat mencoba rumus - rumus di atas.

Sukses dan Perencanaan

sukses adalah tercapainya target/sasaran sebagaimana direncanakan (success is achieving planned goals). persoalannya banyak pihak: tidak mampu membuat rencana, atau perencanaan yang dihasilkan jelek, atau tidak mampu melaksanakan rencana, atau melaksanakan rencana tetapi tidak konsisten.

Friday, June 19, 2009

Tip Perubahan

Ada tiga karaktersitik umum yang mempengaruhi berhasil atau gagalnya upaya perubahan.

Pertama, penyebaran atau bagaimana pesan perubahan dapat dimengerti oleh semua pihak yang akan terlibat dalam perubahan tersebut.

Kedua, fakta bahwa hal-hal besar selalu berawal dari sesuatu yang dianggap kecil. Jadi mulailah dengan sesuatu yang kecil namun manfaatnya besar sekali, bukan hanya bagi penganjur perubahan, namun manfaat besar bagi semua pihak.

Ketiga, perubahan terjadi secara gradual atau dramatik.

Penganjur perubahan dapat memilih proses perubahan apakah akan dilakukan secara bertahap atau dramatik dalam tempo singkat.

Internet Murah, Mungkinkah?

disarikan dari chatting di FB

voip memang suatu ilmu dan teknologi yg berkembang, tetapi kenapa masyarakat umum nggak pakai alat yg murah tersebut ya..? onno memang bilang sentral nya murah hanya 10 jt, tapi end point nya ..? dari 5 thn yl sdh aku denger tapi kok ndak berkembang di luar komunitas..? atau aku belum terupdate dgn situasi yg baru...saran..? krn ini salah satu media utk kuliah jarak jauh yg murah. musuh utama voip itu penyelenggara telekomunikasi circuit switch, musuh kedua pemerintah. musuh ketiga vendor telekomunikasi. gitu Pak.

mangkanya ndak bisa berkembang..karena akan menggrogoti kuwe mereka...dan pemerintah ndak dapat pajak..dlp..pajak utk telkom juga berkurang.. deviden pemerintah juga berkurang kali ya... spt sekarang telkom kan untung 10 t... walaupun turun dari thn yl..

saya lihat BWA (wimax) bisa jadi breakthrough. kalau sudah dibolehkan mobile Wimax, CPE gadget sudah tersedia, pemerintah ndak bisa bendung lagi. betul bwa, yg sekarang yg ditender oleh pemerintah ktnya sdh agak ketinggalan dgn versi n atau yg terbaru..? dgn cpe yg ada..seberapa kita akan tergantung oleh luar terus..?

pemerntah hanya tender lisensinya saja. kita perlu lihat lagi apakah pemerintah serius dgn kebijakan pro domestik manufaktur untuk perangkat BWA berbasis WIMAX. saya duga bakalan heboh, pemerintah akirnya kompromi dengan pemenang tender lisensi BWA. kenapa demikian? karena pemenang tender harus membangun, namun pasokan lokal belum memadai, padahal pemenang dikenakan denda bila terlambat membangun. selain itu, katanya agar internet lebih murah, tetapi acquisition cost untuk memperoleh lisensi cenderung tinggi karena diberikan melalui mekanisme lelang. jadi peluang internet murah masih jauh...? knp di eropah dan usa bisa murah pisan...? sehingga di rumah bisa download dgn cepat...dan menjadi kebutuhan tilpon biasa..yg semakin murah..

Petualang Politik

petualang politik,
gagah perkasa, hebat;
selamat, bentar lagi jadi pejabat,
tapi ingat jangan sampei bejat,
nanti langkahmu terbebat,
bisa - bisa hidup selibat,
turun harkat dan martabat.

petualang politik,
gembira hatimu karna menipu,
suara orang jadikan abu,
suaramu menggelembung perut lembu,
tak lupa sisa suarapun kau sapu,
ditukar dengan uang saku.

petualang politik,
urusan tugas tanggung jawab?
pasti ada yang menjawab,
bukan kamu, tiada keahlian,
bukan aku, tiada kuasa,
ubah panggung rakyat,
seperti layar kaca hiburan.