Beberapa tahun lalu, kita menyaksikan pelaku industri komputer menggandrungi model vertikal. semua dibuat sendiri. dari processor, monitor, memory, hard disk dan I/O devices hingga OS semua dibuat sendiri, proprietary. ketika diperkenalkan open system konstelasi berubah. apalagi ketika muncul PC dan operating system yang independen, tidak tergantung mesin, maka model vertikal di bisnis komputer tinggal menjadi legenda. pada saat ini kita menyaksikan bagaimana suatu produk harus kompatibel dengan memenuhi standar konektivitas, agar apat diterima pasar. produk yang ekslusif, yang hanya mampu bicara dengan rekannya satu system, dijamin tidak laku di pasar.
perjalanan komputer merambah ke dunia telekomunikasi, ini jika dilihat dari perspektif komputer. dari arah sebaliknya, digitalisasi transmisi, modulasi dan mixing suara dengan frekuensi carrier membuka pandora, yang semula tidak dapat disimpan, teknologi digital mampu menyimpan informasi lebar pita frekuensi, signaling, pengalamatan, switching, routing dan interkoneksi. walhasil, inilah sebenarnya kunci jawaban mengapa lantas terjadi perkawinan antara komputer dan telekomunikasi, yang saya sebut sebagai telekomputasi atau orang pandai menyebutnya konvergensi. entahlah.. mana yang benar.
wujudnya kita saksikan hari - hari ini. yang semula komputer, selain ukurannya semakin kecil, akhirnya dilengkapi pula, dan sudah menjadi fitur standar, perangkat telekomunikasi, sehingga komputer dapat digunakan untuk "berbicara" dengan orang lain di seberang bagian dunia sana. dari seberang, perangkat kirim-terima telepon nirkabel (handphone) yang semula hanya dapat digunakan untuk bicara, lantas dilengkapi fitur untuk kirim text, gambar, membuat agenda, dokumen, ambil dan simpan gambar foto, dan lain sebagainya.
pertemuan dua stream bermuara pada perkawinan telekomputasi lambat laun bergerak pasti mengubah kemapanan tidak hanya di hilir, sebagaimana sudah banyak dirasakan oleh pengguna teknologi informasi, namun juga mengubah konstelasi di industri hulu-nya. apa itu?
industri selular sekarang mirip industri komputer yang diceritakan di atas. operator selular memiliki sendiri jaringan, switiching, system pendukung di back office, sampai ke lini pemasaran. hampir sebagian dikerjakan sendiri. ini mirip - mohon maaf - manajemen mikrolet atau topeng monyet. semua dikerjakan sendiri oleh sopir atau oleh dalang topeng monyet.
kala demand mulai berubah, yang muncul di hilir akibat telekomputasi, diwarnai oleh munculnya berbagai perusahaan software yang menyertai "new gadget" operator selular masih merasa dirinya sebagai pemain utama, lainnya hanyalah figuran, tidak penting. oleh karena itu, tidak aneh ketika banyak cerita dari pengusaha content provider yang mengeluhkan betapa kedudukan mereka hanya dipandang sebelah mata oleh para operator. marginal gitu loooh.
perubahan terus berlangsung, termasuk tingkat kematangan industri software, tingkat kecanduan masyarakat terhadap konten-konten favorit. di pihak lain krisis keuangan global mau tidak mau berpengaruh terhadap rencana laju investasi operator selular. tidak hanya investasi baru, pengaruh krisis ternyata cukup dalam, mengurangi revenue dan bahkan membuat rugi.
di setiap krisis selalu muncul peluang, demikian kata seorang pakar strategi. di satu sisi dihantui krisis keuangan yang terus menggerus laba, di pihak lain ada peningkatan potensi revenue yang hanya dapat diraih bila mau mengorbankan model vertikal yang hampir uang. apa artinya?
model horisontal mengacu pada: kedudukan yang sama (equal level of playing field); masing - masing pihak fokus pada kompetensinya; terjadi koneksititas setara antar-pihak untuk menghasilkan sinergi. walhasil, dengan model horisontal ini operator selular tidka perlu lagi membangun menara sendiri, membangun jaringan backbone dan last mile sendiri, membangn dan mengelola sistem billing sendiri, membangn dan memiliki content provider untuk layanan broadband, dan lain sebagainya. semua layanan tersebut diselenggarakan oleh masing- masing penyedia yang memiliki komitmen tinggi. operator tinggal bertindak sebagai impresario atau promotor yang mengintegrasikan semua layanan tersebut.
jadi, jika dahulu operator memiliki gedung pertunjukan, panggung, kursi, gamelan dan sekaligus crew wayang orang serta menentukan lakon cerita, dalam konsep horisontal ini, operator mungkin hanya menyediakan gedung dan panggungnya saja, kebutuhan lain agar pertunjukan berlangsung seru, seperti lakon, crew, gamelan, tata-rias dan lains ebagainya, disediakan oleh pihak lain dalam suatu model kerja sama setara dan saling menguntungkan.*****