Wednesday, January 24, 2007

Kepemimpinan Dalam Masa Peralihan

Selamat Menikmati Buah Pikir Kami

Pendahuluan
Masa Peralihan mengacu pada suatu masa yang cenderung pendek, ketika terjadi perubahan dari suatu kondisi ke kondisi berikutnya. Perusahaan mengalami masa peralihan apabila terjadi perubahan baik yang terjadi di lingkungan internal seperti perubahan manajemen, pemilik maupun adanya perubahan pada faktor eksternal seperti perubahan politik–pemerintahan, regulasi, kondisi sosial ekonomi, pengaruh global dan lain sebagainya. Dalam setiap perubahan seringkali terjadi hal – hal yang di luar kebiasaan, atau esensi dari perubahan itu sendiri adalah mengubah kebiasaan.


Tidak semua individu dalam organisasi menyukai perubahan, menjadi wajar bila dalam setiap perubahan selalau muncul pro dan kontra. Sebagai akibatnya, sumber daya perusahaan akan terpakai dalam wacana pro-kon menyusul rencana dan implementasi perubahan. Selama proses perubahan, atau masa peralihan terjadi kecenderungan resiko yang semakin membesar bagi perusahaan. Resiko dapat muncul misalnya dari aksi pemogokan atau sabotase oleh mereka yang tidak menyetujui perubahan, atau aksi sebaliknya dari mereka yang mendukung.


Dalam masa peralihan, muncul berbagai kendala yang dapat bersifat kritis bagi perusahaan. Sebagai contoh ketika Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melakukan privatisasi Indosat, menjelang dan sesudah proses penjualan saham NKRI terjadi penolakan yang cukup besar, tidak saja dari kalangan internal, manajemen dan pegawai; namun juga dari lingkungan luar perusahaan seperti politisi, pengamat, dan lain sebagainya. Demikian juga ketika sebuah perusahaan layanan jasa telekomunikasi (PT. PJN) baru saja diambil alih manajemen dan kepemilikannya oleh investor baru, terjadi penolakan oleh sebagian karyawan dan bahkan muncul keraguan di pihak Pemerintah untuk menyetujui manajemen baru.
Dalam situasi peralihan, peran kepemimpinan yang cerdas, kuat dan akomodatif sangat diperlukan. Cerdas dalam pengertian memahami bisnis dan organisasi yang dipimpinnya, mampu membuat arah dan harapan baru bagi semua stakeholder, memiliki kompetensi manajerial, dan mempunyai kecerdasan intuisi kepemimpinan. Kuat dalam pengertian cerdas, tegas, berani membuat keputusan yang tidak popular, konsisten dengan semua resiko yang mungkin muncul dari keputusan yang diambilnya, memiliki keberanian untuk menghadapi semua pihak yang berseberangan atau masih ragu dengan kepemimpinannya. Akomodatif dalam pengertian dapat menaungi semua pihak (termasuk yang tidak menyukainya) ke dalam satu kesatuan organisasi, mampu memberikan keteladanan bagi anak buah, serta memiliki kemampuan menjalin hubungan harmonis berdasarkan saling menghormati.


Peralihan Sebuah Fase Dalam Perubahan
Peralihan mengandung makna sebagai sebuah episode dalam skenario perubahan, mengindikasikan suatu masa di antara sedikitnya dua keadaan: sesudah keputusan perubahan hingga pengaruh perubahan menjadi normal. Artinya, peralihan diawali ketika keputusan yang berdampak perubaan dibuat dan berakhir manakala sasaran keputusan sudah tercapai, atau setidaknya kondisi organisasi yang terpengaruh oleh keputusan yang berdampak perubahan tersebut sudah berada pada posisi normal.


Alam juga mengenal masa transisi, yang disebut Pancaroba, masa di antara peralihan musim. Biasanya dalam masa pancaroba ini, banyak orang yang terkena penyakit, akibat kekebalan tubuhnya tidak tahan terhadap pengaruh pergantian musim. Gejala lain yang acap terlihat dalam masa pancaroba antara lain lingkungan tidak nyaman, kadang kering kadang hujan, udara lembab, bagi sebagian orang yang memiliki penyakit asma sungguh merupakan suatu siksaan.

Di dalam organisasi yang mengalami masa peralihan, banyak kejadian yang menunjukkan kekacauan, kekhawatiran, hilangnya percaya diri, penurunan kinerja, dan bahkan dapat muncul pemogokan.


Penyebab Perubahan
Perubahan dapat terjadi karena adanya dorongan dari dalam dan atau luar lingkungan perusahaan. Selera pelanggan yang berubah, atau muncul dan makin kuatnya pesaing baru merupakan dua contoh faktor luar yang dapat menjadi pemicu perubahan. Selain dua hal tersebut, perubahan yang disebabkan faktor eksternal dapat terjadi karena adanya perubahan regulasi pemerintah, desakan globalisasi, perubahan tatanan industri, maupun desakan masyarakat. Dalam kondisi lingkungan bisnis yang berubah, perusahaan suka atau tidak, mau atau tidak, dipaksa untuk berubah, bila masih ingin tetap eksis.


Selain faktor eksternal, perubahan juga dapat terjadi karena adanya dorongan dari lingkungan internal, seperti adanya keinginan untuk meningkatkan produktivitas, ketrampilan dan kompetensi inti, teknologi, regenerasi, atau akan diluncurkannya produk – produk baru yang sekaligus menghendaki perubahan proses bisnis.

Faktor Kritis Berkaitan Dengan Perubahan

• Kepemimpinan
• Regulasi
• Pengukuran kinerja
• Situasi eksternal (sosial, politik dan ekonomi)
• Psikologi dari perubahan
• Kompleksitas dari proses bisnis
• Waktu


Memimpin Perubahan
Memimpin di masa peralihan merupakan salah satu tanggung jawab kepemimpinan yang sangat penting dan sulit (Yukl, 2002). Beberapa ahli kepemimpinan bahkan berpendapat, kemampuan memimpin di masa peralihan menunjukkan esensi kepemimpinan yang sebenarnya, hal–hal lain di luar itu hanyalah prioritas kedua belaka (Murphy, 2002). Kepemimpinan yang efektif diperlukan guna revitalisasi organisasasi serta memfasillitasi adaptasi perubahan lingkungan. Perubahan besar di dalam organisasi pada umumnya dipandu oleh tim manajemen puncak, namun setiap individu dalam organisasi dapat mengusulkan perubahan atau memberi kontribusi bagi suksesnya implementasi rencana perubahan.

Proses perubahan
Upaya implementasi perubahan dalam suatu organisasi cenderung mencapai sukses jika pemimpin memahami alasan – alasan penolakan perubahan, tahapan dalam proses perubahan, dan strategi-strategi alternatif dari perubahan.


Hambatan Selama Masa Peralihan
Perubahan pada umumnya dapat menimbulkan kepanikan atau ketakutan, oleh karenanya reaksi yang lazim muncul antara lain penolakan terhadap perubahan. Sebagian orang menolak perubahan dengan sengaja karena mereka meragukan perlunya perubahan atau tidak percaya terhadap arah perubahan. Sebagian lainnya secara intelektual mengikuti perubahan namun secara emosional masih terikat pada masa lalu. Pemimpin harus memiliki kewaspadaan dalam menemukan dua jenis penolakan terhadap perubahan ini. Mereka yang tidak bersedia bergabung dalam arus perubahan yang telah menjadi ketetapan harus dikeluarkan dari organisasi (Tichy, 2002). Jika yang menolak perubahan masih sebatas individu, atau sekumpulan individu, masih mudah menghadapinya. Namun ketika penolakan datang dari sebuah institusi, dimana para individu tersebut bergabung, persoalannya menjadi semakin rumit dan kondisi semacam yang selalu menjadi tantangan bagi Pemimpin Masa Peralihan. Persoalannya menjadi semakin rumit karena menyangkut berhent atau terusnya karir pemimpin. Kagagalan dalam memimpin Masa Peralihan juga berarti kegagalan dalam kemampuannya memimpin organisasi. Dirk Yager dari P&G, Bob Allen dan John Walters dari AT&T, ketiganya harus rela lengser dari posisi mereka sebagai CEO.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.