dalam mencapai visi, tujuan atau objektif individu atau perusahaan pada umumnya menggunakan cara - cara tertentu. cara - cara ini, apabila dirancang dan diimplementasikan secara terstruktur, oleh kalangan akademisi ataupun praktisi manajemen dinamai strategi. setelah melalui fase perencanaan, strategi masuk ke tahap implementasi. Impelementasi sangat penting, karena banyak sekali rencana strategi yang tidai terwujud lantaran ketika rencana sebagai bagian dari strategi tersebut tidak dilaksanakan dengan baik dan benar. tidak baik dan benarnya ini dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain, proses perencanaannya sendiri buruk sehingga menghasilkan rencana yang tidak bagus; atau prosesnya bagus, namun luaran rencana buruk; atau proses perencanaan dan luarannya bagus namun sumber daya yang dibutuhkan untuk implementasi tidak memadai; atau rencana bagus, sumber daya tersedia mencukupi, namun pengorganisasian, pengendalian dan pengawasannya buruk.
selain hal-hal tersebut di atas, di dalam implementasi strategi terjadi interaksi dengan berbagai pihak baik di lingkungan internal maupun dengan eksternal. pihak eksternal sendiri beragam, dari yang mendukung hingga pesaing. catatan ini akan menyoroti bagaimana menengarai individu atau perusahaan yang menerapkan suatu strategi, khususnya strategi yang implisit, tidak kasat mata.
strategi yang tidak kasat mata? tidak kasat mata bukan saja lantaran tidak di-eksplisit-kan ke dalam suatu struktur yang terdokumentasi, namun juga tidak mudah dipahami oleh kawan maupun lawan, bahkan ketika interaksi antara individu atau perusahaan penerap dengan kawan atau lawan-lawannya sudah berlangsung cukup lama. artinya ketika strategi tidak kasat mata tersebut diimplementasikan hanya segelintir orang yang tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi, dan ke arah mana "permainan" akan berujung. kawan atau lawan yang hanya melihat di aras permukaan (superficial) tidak mampu melihatnya.
strategi tidak kasat mata menyesatkan pihak lain. pada suatu saat lawan dapat saja bangga karena merasa menang, namun dia (lawan) tidak menyadari bahwa di balik "kemenangan" permainan belum selesai dan justru di situlah awal dari "kekalahannya" atau tercapainya sasaran penerap strategi tidak kasat mata. dalam contoh lain, seseorang di hadapan publik terlihat dengan garang dan gigih memusuhi suatu pihak, namun apa sebenarnya yang sedang dimainkannya, ternyata orang tersebut sedang menguji kepemimpinan dan kualitas orang yang "diserang"nya. contoh lain, ini cerita dari Oom (PakDe) saya almarhum. Sewaktu masih hidup oom saya berbisnis meubel/furniture, beliau punya kenalan yang hampir setiap kali mereka bertemu selalu saja mencela furniture, katanya kualitasnya jelek lah, atau modelnya kuno, dan lain sebagainya. awalnya PakDe saya ini bingung menghadapi sohib satu peleton ketika mereka masih jadi Tentara Pelajar dulu, mau dilawan wong dia itu sahabat, mau dibiarkan rasanya tidak enak di telinga. namun sesudah celaan, pak De saya mulai lihat - lihat benarkah yang dikatakan oleh temannya tadi, dan benar juga ditemukannya satu persatu kebenaran yang dikatakan. maka ia memanggil tukang - tukangnya untuk memperbaiki.
di kemudian hari pada waktu ketemu lagi, masih saja ada celaan. akhirnya marah juga ia kepada sahabatnya itu. dan berpisahlah mereka untuk beberapa waktu. namun ada satu hal yang terjadi, sejak mendapat celaan dari sahabatnya, semakin banyak orang yang datang ke tokonya untuk membeli dagangannya. banyak pujian dari para pembeli. inilah yang membuatnya penasaran. di satu pihak sahabatnya selalu mencela, namun di lain pihak semakin banyak pembeli datang bahkan ada yang menjadi pelanggan. suatu hari Pak De saya bertanya kepada pembeli yang datang dari kota kecamatan yang cukup jauh dari ibu kota kabupaten, "dari mana Anjeun tahu toko Abdi?" yang ditanya menyebut suatu nama yang tidak lain nama sahabatnya itu. kesempatan berikutnya dia tanyai pula pembeli dari desa lain, jawabannya sama. hingga akhirnya Pak De saya menyadari bahwa ternyata sahabatnya itu sedang "bermain" strategi tidak kasat mata, di depannnya dia mencela namun di belakang itu dia memberikan referensi kepada orang yang membutuhkan furniture.
bagaimana kita mengenali seseorang sedang memainkan strategi tidak kasat mata? awalnya sulit, lebih sulit lagi apabila kita yang dalam posisi objek dari penerap hanya mampu melihat apa yang terlihat, mendengar apa yang didengar, mengucap apa yang meluncur dari lidah. apabila kita mampu membaca bahasa tubuh, mengenali simbol - simbol atau bahasa isyarat, memahami kompleksitas relasional para aktor yang terlibat, mengetahui dengan baik latar belakang dan motivasi pihak - pihak yang berinteraksi dengan kita, serta memiliki ketrampilan berkomunikasi dengan segenap indra (termasuk hati dan jiwa) secara berkesatuan, bukan hanya sebagian saja (mata dan mulut), maka kita memiliki syarat pertama untuk dapat memahami bagaimana seseorang atau perusahaan sedang memainkan strategi tidak kasat mata.
saya katakan syarat pertama, karena selain itu masih diperlukan latihan, agar instrument yang ada pada diri kita tadi terbiasa dengan berbagai variasi aplikasi strategi. latihan ini pun tidak cukup hanya sehari-dua, atau sebulan-tiga bulan, melainkan usahakan menjadi tabiat, sehingga tercipta kemampuan intrinsik yang melekat pada diri (tacit capability). walhasil, jika strategi yang lazim (ordinary strategy) mudah dipelajari hanya dengan membaca, dan aksi - aksi lain yang sifatnya superficial. untuk dapat memahami strategi tidak kasat mata memerlukan laku bathin, perenungan, kesabaran, dan selalu berupaya memandang sesuatu secara multidimensi. benarkah demikian? wAllahu alam.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.