Teh di pagi hari, sepat melekat di gigi kuat,
tak lepas rasa di lidah walau siang mendatang,
di cangkir hijau selera merambat.
Teh di pagi hari, serasa libur sepanjang tahun,
terbebas semu dari desakan tanya, menjauh lepas tugas sementara,
menanti sang perjaka tua di ujung sana.
Teh di pagi hari, menyusur laut maya dirunut berita,
tak satu jua memberi nikmat mata, tampak nafsu kuasa menjarah darah,
si selingkuh mati nestapa, si durjana dicari polisi.
Teh di pagi hari, berangkai gambar dipindai dari sangkarnya,
wajah tersenyum, menawarkan rasa, nun jauh di sana, antara ingin dan takut.
engkau si muda, dia mengangankan engkau
buih meleleh dari ludahnya, menaksir tak bertepi.
Teh di pagi hari, wanita berktutat dengan jemarinya,
menyusun karakter manusia,merangkai nasib dirinya,
penuh asa di kepalanya, tak pasti masa depannya.
Teh di pagi hari, bergulir nyawa masa demi masa,
berkurang satu, bertambah lebih dari satu,
mengubah keseimbangan, memaksa berpikir,
terima nasib atau membuat jalan sukses ke depan.
Teh di pagi hari, memecah kebuntuan, mengilhami pencerahan,
ditemani warta koran, dimesrai nyanyian gadget, semua serba berbeda,
tak mampu bertahan pada ke-dulu-an, yang kini tak terbendung.
Teh di pagi hari, gemeresek mirip suara kertas,
melepas dahaga di awal hidup, yang lain mengais rejeki,
penikmat teh, mencari teteh.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.