Namanya Sokib. Kami memanggilnya Pak Sokib, mungkin berasal dari kata "sohib" yang artinya sahabat. Memang Pak Sokib selalu bersahabat dengan siapa saja, termasuk kami yang masih kanak-kanak tiga puluh tahun lalu.
Pak Sokib bekerja sekantor dengan ayah saya. Bersama-sama mengelola Pusat Latihan Kerja Pertanian yang kemudian berubah menjadi Balai Latihan Kerja (BLK Pertanian) Klampok. Pak Sokib bertugas apa saja, menjadi penjaga malam di komplek perumahan BLK, memerbaiki rumah, hingga pekerjaan fisik yang cukup berat. Kalau zaman sekarang mungkin sebutannya Security merangkap Office Boy.
Seingat saya Pak Sokib dulu cekatan, gagah, kuat, rajin dan ditakuti oleh maling, dan mereka yang bermaksud jahat di komplek perumahan BLK. Dari istri pertama (Mbok Kemi) Pak Sokib mendapat dua anak, Slamet dan Sumirah. Dari istri kedua, sepengetahuan saya Pak Sokib punya 5 anak (Sumenti, Sumanto, Sutarti, Sutarto, dan 1 lagi saya ndak tahu namanya).
Setelah pensiun (lebih dulu dari ayah saya) Pak Sokib tinggal tidak jauh dari rumah orang tua saya. Setiap kali saya pulang, selalu saya sempatkan menengoknya. sewaktu lebaran kemaren, Pak Sokib sedang sakit, kakinya bengkak, tidak bisa jalan. Pulang kemaren, liburan Paskah, saya ketemu dan kondisinya sedang membaik, sudah bisa jalan kaki.
Sang Jagoan yang dulu gagah perkasa kini terlihat telah renta, namun sorot matanya masih bersahabat, dan semangat hidupnya masih tinggi.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.