Wednesday, June 04, 2008

Model Skala dan Ruang Lingkup dalam Industri Telekomunikasi: Permasalahan dalam Analisis Persaingan dan Inovasi

Sistem telekomunikasi selalu didefinisikan sebagai lapisan jaringan dan sering cenderung kepada interkoneksi. Pemahaman yang tepat mengenai skala dan ruang lingkup ekonomi dalam sektor telekomunikasi sangat penting bagi anggota industri, investor yang potensial dan pembuat kebijakan. Untuk itu, pengukuran skala dan lingkup harus dipertimbangkan pada tingkat sektor dan tingkan perusahaan. Pengukuran dalam tingkat produk (atau fungsi) juga penting karena menunjukkan parameter teknologi yang digunakan.

Bagi perusahaan besar, selama periode jangka pendek, akan sulit untuk menyesuaikan proses produksi terutama bagi perusahaan yang memiliki biaya tetap dan menurun. Dalam jangka pendek, skala dan lingkup ekonomi relatif menjadi tinggi. Perusahaan besar perlu melakukan perubahan sebagai reaksi terhadap perubahan kondisi pasar. Seringkali perubahan tersebut mengubah skala dan lingkup peluang melalui teknologi atau inovasi yang kompetitif.

Penurunan biaya dan pasar monopoli mungkin dapat memberikan penghematan dalam struktur, tetapi tidak memberikan efisiensi yang menguntungkan perusahaan (atau masyarakat). Kedua faktor tersebut justru tidak memberikan efisiensi dan menghalangi terjadinya persaingan. Data yang paling sering tersedia adalah data mengenai kinerja incumbent sehingga data tersebut tidak dapat menggambarkan kekuatan persaingan pasar. Artinya, data seperti itu tidak memberikan pengertian mengenai permasalahan persaingan dan dimensi tantangan yang benar-benar dihadapi oleh incumbents dan perusahaan sejenis lainnya.

Kegagalan persaingan yang terjadi karena para investor enggan untuk menyetujui ikut masuk dalam industri. Hal ini merupakan suatu keuntungan bagi incumbent (Dawson, 2002). Namun keuntungan ini tidak lama karena inovasi yang telah membantu incumbents dalam mengantisipasi dan memberikan perlawanan terhadap perubahan pasar mulai hilang (Horan, 2002).

Integrasi incumbent dalam industri telekomunikasi menegaskan analisis mengenai faktor-faktor yang menentukan dan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi keseimbangan antara efisiensi dan inefisiensi. Gasmi et. al. (2002) menunjukkan bahwa, dalam kondisi informasi asimetris, maksimalisasi keuntungan yang dilakukan incumbent secara otomatis akan membedakan perlawanan para pesaing dalam membuat keputusan harian seperti keputusan alokasi sumber daya.

Armstrong (2002) menunjukkan pasar monopoli yang tidak menciptakan produk penengah, yaitu produk yang proses produksinya tidak dapat dipisahkan, atau tidak diintegrasikan secara vertikal. Pasar monopoli mampu menciptakan produk penengah dengan biaya (untuk mengganti kerugian karena tidak dapat dipisahkan). Pada keadaan seperti itu, pemain baru harus cukup inovatif agar dapat mengganti kerugian incumbent dalam memciptakan produk penengah. Model Amstrong dan asumsi bahwa tingkat perpecahan terlalu rendah dalam menghalangi incumbent untuk berinvestasi. Dalam model ini, asumsi bahwa integrasi incumbent secara vertikal yang mendasari keputusan investasi pada integrasi kegiatan hulu dan hilir tidak kosisten dengan maksimalisasi keuntungan. Incumbent harus mempertimbangkan kemungkinan yang lebih efisien. Jika tidak, maka keputusan yang diambil incumbent, seperti keputusan investasi dan alokasi sumber daya, tidak efisien baik bagi masyarakat maupun pemegang saham.

Tantangan yang paling mendasar pada sektor telekomunikasi adalah kurangnya pengalaman dalam persaingan. Permasalahan tersebut membutuhkan beberapa percobaan untuk mengidentifikasi isu dalam perubahan pasar monopoli ke pasar persaingan dan membangun pola perubahannnya. Incumbents dan para pembuat kebijakan cenderung menekankan pada penurunan biaya dalam implementasi persaingan.

Skala ekonomi yang relevan adalah skala ekonomi dimana seluruh jaringan mampu berinterkoneksi pada suatu rangkaian jaringan telekomuniikasi. Demikian juga, penurunan biaya berhubungan dengan wilayah geografi yang terbatas, luar kota, dan jangkauan. Individual dari luar kota masih akan memiliki permintaan yang sama atas jasa telekomunikasi. Perusahaan telepon sebagai monopolis menciptakan biaya buatan dengan menolak untuk memberikan jaringan telekomunikasi, ketika pemain baru sudah efisien dalam memanfaatkan sistem limbah, kanal, dan bawah tanah.

Lingkungan industri telekomunikasi memerlukan banyak inovasi yang potensial dalam mengubah kebijakan monopoli menjadi persaingan. Inovasi dapat menjadi ancaman yang potensial terhadap keberadaan pasar tetapi juga memberikan pertumbuhan dan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Pada pasar monopoli, inovasi terfokus pada penggunaan biaya yang rendah untuk meningkatkan keuntungan. Pada pasar persaingan, inovasi dilakukan untuk mencari peluang pasar baru. Perencanaan optimalisasi digunakan untuk memenuhi peluang inovasi dari seluruh perspektif termasuk penghematan biaya, mengantisipasi persaingan, peluang pasar barum dan mengelola perubahan pasar.

Dinamika lingkungan tidak hanya menciptakan pesaing baru bagi pemain dan pasar yang sudah ada, tetapi juga menciptakan peluang untuk pertumbuhan dan keuntungan. Hal yang sebaiknya dikembangkan, yaitu kemampuan yang lebih baik untuk mengenali peluang pasar baru yang terbuka oleh perubahan kebijakan dan cara yang lebih baik untuk menghadapi dinamika lingkungan. Dalam perencanaan perkiraan ekonomi pada sektor telekomunikasi mengikutsertakan perbandingan pasar dan pengidentifikasian tingkatan dimana skala dan lingkup ekonomi benar-benar berjalan dalam dinamika lingkungan pada saat ini.*****

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.