Dalam suatu kesempatan presentasi produk piranti lunak pengendali trafik komunikasi data, seorang Direktur Operasi (DO) mengajukan argumen bahwa perusahaannya belum dapat menggunakan piranti lunak yang dipresentasikan karena sebagian besar pelanggannya adalah korporat yang hanya membutuhkan bandwidth yang relatif konstan. Selain itu, profil pelanggan individu/rumah tangga pun sebagian besar masih menggunakan sambungan dial up yang tidak memungkinkan layanan yang membutuhkan jalur pita lebar (broadband).
Di lain pihak, Direktur Pengembangan Bisnis (DPB) sembari mencermati presentasi terlihat membuat coretan dan ketika tiba gilirannya bicara, komentarnya sungguh berbeda dengan DO. DPB mengatakan bahwa piranti lunak yang ditawarkan dapat digunakan untuk menambah variasi produk yang layak ditawarkan kepada pelanggan dan calon pelanggan. Ditambahkannya, dengan piranti lunak yang baru dilihatnya tersebut perusahaan dapat menawarkan fleksibilitas kepada pelanggan. Pelanggan dapat menetapkan sewaktu – waktu jenis layanan yang diinginkannya, tanpa harus menunggu respon dari petugas customer service.
Bukan Hanya Penyedia Pipa
Argumen DO tersebut di atas dapat dimaknai dalam beberapa perspektif. Pertama, perusahaan yang dipimpinnya membagi pelanggan ke dalam dua kelompok: korporat dan individu/rumah tangga. Kedua, layanan yang diberikan semata – mata hanya akses Internet, perusahaan berperan sebagai “pipa” yang menyalurkan “air”dari sumber ke pelanggan. Nilai tambah yang diciptakan oleh perusahaan relatif kecil karena hanya mengandalkan margin antara harga jual dan harga beli bandwidth. Ketiga, DO belum melihat potensi pengembangan bisnis yang dapat dilakukan dengan adanya piranti lunak pengendali bandwidth.
Jika DO belum melihat potensi pengembangan bisnis yang dapat dilakukan dengan adanya piranti lunak pengendali bandwidth, sebaliknya DPB sudah melihatnya ke arah sana. Dua hal yang terkesan saling kontradiktif ini dapat dipahami karena sifat tugas dan tanggung jawab masing – masing tentunya berbeda.
You Can Do More
Seringkali dalam berkarya, eksekutif lebih sering disibuki oleh aktivitas keseharian yang lambat laun memperpendek daya pandang jangka panjang yang sifatnya strategis. Fenomena semacam ini tidak saja terjadi di entias bisnis privat namun juga yang sangat kentara terjadi di instasi pemerintah. Cermatilah bagaimana para Menteri akhirnya terjebak dalam urusan aktual yang muncul tiap hari dan akhirnya membuat lupa urusan perencanaan, rancangan strategi dan implementasinya guna mengubah tatanan buruk pemerintahan yang sampai sekarang tetap berlangsung.
DO termasuk dalam kelompok yang disibukkan dengan aktivitas keseharian. Barangkali Key Performace Indicator-nya didominasi oleh tingkat pelayanan optimal melalui Service Level Agreement (SLA) atau menjaga agar kualitas layanan (QoS) tetap pada standar yang ditetapkan, sehingga ketika ada “barang baru” acuan yang digunakan adalah sejauh mana perubahan terhadap konfigurasi jaringan dan layanan yang ada pada saat ini. Pertanyaan – pertanyaan yang menjadikan kondisi sekarang sebagai referensi untuk membandingkannya dengan perubahan yang akan terjadi setelah masuknya elemen baru, seringkali merupakan hambatan inovasi. Mengapa demikian?
Geoffrey A. Moore dalam Dealing With Darwin, How Great Companies Innovate At Every Phase of Their Evolution (2005) menggambarkan bagaimana Cisco memulai debutnya ketika membuat perangkat jaringan (Router dan Switch) yang berbeda dengan yang ada sebelumya. Acuan yang digunakan bukan perangkat yang sudah ada melainkan bagaimana membuat perangkat yang akan menjadi standar baru dalam komunikasi data, tentunya dengan prediksi bisnis yang akan dipengaruhi oleh produk tersebut. Dalam konteks Cisco, empat hal yang menjadi pusat perhatian manajemen dalam melakukan inovasi (dan mereka ingin menjadi market leader-nya) adalah security, wireless, VoIP dan storage area network (SAN) switches.
Moore juga menguraikan bagaimana inovasi selanjutnya perlu diintegrasikan dengan aktivitas bisnis, sehingga investasi besar yang telah ditanamkan dalam aktivitas R&D dapat kembali, yang ditandai dengan disambutnya produk/jasa hasil inovasi oleh dinamika pasar. Untuk itu, eksekutif perlu merancang model bisnis baru yang selaras dengan inovasi yang akan diluncurkan.
Kembali ke kasus di atas, antusiame DPB dalam merespon presentasi masih harus ditindak – lanjuti dengan meyakinkan rekan kerjanya (DO) bahwa perusahaan perlu melakukan inovasi, dan piranti lunak tersebut dapat menjadi salah satu tool yang dapat digunakan untuk berinovasi. Luaran (output) inovasi yang mungkin dapat dihasilkan adalah adanya penambahan dan atau diferensiasi produk yang berbeda dari yang sudah ada. Dengan adanya diferensiasi ini pelanggan akan memperoleh benefit yang lebih tinggi, dan pada sisi perusahaan diharapkan akan menambah portofolio serta peluang meningkatkan net income.
Tentu saja akan dibutuhkan perubahan – perubahan dalam konfigurasi jaringan dan layanan, termasuk - bisa jadi - model bisnis. Yang perlu diperhatikan, walaupun ada penambahan investasi dalam bentuk piranti lunak, perubahan SOP, dan pelatihan SDM (sebagai konsekuensi digunakannya sistem baru) kualitas layanan (QoS) kepada pelanggan tetap harus terjaga selama masa transisi maupun sesudahnya.
Berusahalah membuat perubahan yang akan berpengaruh terhadap masa depan, jangan hanya melihat dan berkutat tentang hal – hal yang ada di hadapan Anda sekarang.*****
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.