Wednesday, October 18, 2006

Mungkinkah Menikmati Koran dan TV Tanpa Iklan

Saya punya dua persoalan yang sementara ini sedikit mengganggu pemikiran. Saya ingin lontarkan kepada Anda semua siapa tahu ada yang dapat meringankan beban pemikiran saya.

Yang pertama, sudah beberapa tahun ini saya melanggan layanan kabel tivi berbayar, semua channel terisi, sebagian besar dari stasiun tivi asing. Stasiun tivi domestik: tvri, tpi, indosiar, rcti, sctv, anteve, metrotv, transtv, tv7, globaltv, latifi, jtv (jatim tivi) dan bali tv dapat ditonton dalam layanan tivi berbayar ini. Stasiun tivi asing saya golongkan menjadi tiga, yang menayangkan film doang (cinemax, HBO, Star Movie, AXN, CN, dll); menayangkan berita (CNN, BBC, TV5, CCTV, NBC, NHK, ABC, dll.) dan menayangkan fitur (National Geograpghy, Discovery, Animal World, dan lain – lain). Nonton tivi asing sedikit sekali iklannya, apalagi kalau nonton movie stations, blas ndak dipotong iklan, paling - paling statisun tivi Hallmark, itupun relatif jarang. Stasiun tv berita asing yang ditonton liwat tv berbayar sedikit sekali dipotong untuk iklan. Persoalan pertama, mengapa nonton tv domestik liwat saluran tivi berbayar masih harus dijejali iklan???? Bukankah kami – pelanggan tivi kabel sudah membayar iuran bulanan untuk dapat menikmati siaran mereka. Logika saya, dengan mengacu pada siaran tivi asing, mestinya disediakan program siaran khusus dari stasiun tivi domestik untuk pelanggan tivi berbayar yang tanpa iklan. Mestinya bisa doong???? Berapa kerugian waktu (durasi nonton tivi jadi lebih panjang), biaya (penggunaan listrik jadi lebih lama) dan lain sebagainya yang harus ditanggung pelanggan tivi berbayar, ketika informasi atau hiburan yang “dibelinya” dipaksa dijejali dengan informasi yang tidak diinginkan?

Yang kedua, mirip yang pertama hanya saja ini terjadi di media cetak. Hari ini (sabtu 9/9/06) misalnya, Koran K terbit 60 halaman, ternyata lebih dari 20 halaman (35%) berisi iklan yang isinya sama sekali tidak saya butuhkan, demikian juga dengan Koran BI, dari total 20 halaman, 6 halaman (30%) berisi iklan. Artinya saya dan pelanggan lain yang seperti saya (entah berapa jumlahnya) harus membayar biaya langganan koran yang 30% isinya tidak diperlukan, dan ini sama dengan pemborosan kertas, pemborosan sumber daya. Sementara jika kita jalan – jalan ke supermall, restoran dan tempat – temapt rekreasi, sering dijumpai Koran Iklan yang dapat diambil gratis. Isinya melulu iklan. Penerbit Koran Iklan memperoleh revenue dari pemasang iklan, masyarakat tidak usah membeli koran iklan tersebut. nah kerisauan kedua saya, mungkinkah kita dapat membaca koran berita yang isinya up to date namun tanpa iklan.

Di media massa Internet, saya tidak menemui persoalan seperti digambarkan di atas. Beberapa penerbit koran elektronik sudah memisahkan layanan informasi beriklan dan tidak beriklan. Yang beriklan gratis dan yang bersih tanpa iklan harus membayar biaya langganan.

BTW, Saya tidak sedang memusuhi iklan lho…..*****

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.