Maka ramailah perhelatan,
Sanak saudara handai tolan menyaksikan
Sesepuh dan yang dituakan berpetuah
Wahai engkau penduduk pelaminan
Asal dua menjadi satu,
Beranak, bercucu, hiduplah di alam tenteram
bak nirwana jauh dari neraka.
Maka mulailah perjalanan sepasang manusia
Mengarungi goda menyongsong mimpi
Siang merajut malam berderit
Buah kama melahirkan atma
Karya nafsu berselimut cinta
Sang jabang disayang, ditimang, dipuja
Semua gembira menyambut generasi baru
Anak, buah muslihat orang tua
Tak hendak ketika hadir
Tiada berdaya menolak berpindah
Dari tangan satu ke tangan lainnya
Apalacur beranjak usia anak, berangkat pula kejenuhan
Keseharian dan kesebiasaan orang tua
Panas berubah hangat
Hangat berubah dingin
Dingin berbuah pecah.
Bak pohon merambat hilang sandaran,
Sang anak lemas sosial,
Bencikah bapakku kepadaku?
Mengapa ibuku selalu marah kepadaku?
Mengapa aku mesti ada?
Untuk apa aku eksis kalau ortuku tidak cintaiku?
Dan bendungan-pun akhirnya melepuh
Ketahanan diri rapuh oleh timbunan siksa jiwa
Narkoba, sekbebas, berandalan, kriminal
Itu belum seberapa,
Hilang iman dan cinta
Itulah dosa orang tua tak berampun.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.