Sunday, November 16, 2008

Proses Standarisasi Sistem Teknologi: Menciptakan Keseimbangan antara Persaingan dan Kerja Sama

Banyak perusahaan yang mencoba untuk melakukan standarisasi teknologi baru. Mereka dapat menggunakan hak atas kepemilikan teknologi untuk produk dan layanan mereka dan menawarkanya ke dalam pasar agar dapat bersaing dengan produk lainnya. Perusahaan juga dapat menjalin kerja sama dengan perusahaan lainnya untuk menetapkan standarisasi teknologi. Jika perusahaan membiarkan pasar bergerak dengan sendirinya, perusahaan dapat bersaing melalui teknologi dan tidak perlu menghabiskan waktu dan usaha untuk menentukan suatu standar. Perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk melakukan perundingan mengenai standarisasi.

­Proses standarisasi hybrid memberikan keuntungan bagi pasar dan pengambilan keputusan negosiasi. Suatu studi belum lama ini mengemukakan suatu kerangka pemikiran untuk mengidentifikasi kondisi yang dapat mempengaruhi proses standarisasi bagi vendor yang mengenalkan teknologi baru. Studi ini ditujukan pada sistem teknologi dalam industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Semakin sistematik teknologi yang digunakan, lebih sedikit kemungkinan perusahaan untuk membangun proses standarisasi hybrid.

­Studi ini menunjukkan hubungan yang kuat antara modular teknologi dengan proses standarisasi hybrid. Secara umum, tingkat modularitas sistem teknologi merupakan faktor kontingensi dalam memilih mode standarisasi.

­Dalam industri TIK, vendor mengetahui standar strategis yang potensial. Vendor menginvestasikan sumber daya untuk mengembangkan dan mendapatkan standar tersebut. Vendor ikut serta dalam badan standarisasi. Salah satu cara untuk memperoleh standar tersebut yaitu dengan mencoba memberikan pengaruh pada proses standarisasi. Dalam industri TIK liberal, terdapat banyak peluang bagi perusahaan untuk menentukan sendiri standar yang akan digunakan. Kombinasi antara keuntungan atau kerugian pasar dan model standarisasi yang telah dirundingkan akan menghasilkan proses standarisasi hybrid.

­Dalam memilih mode standarisasi, perusahaan menyeimbangkan lingkungan persaingan dan sistem teknologi yang akan distandarisasi. Studi ini menemukan bahwa switching cost yang lebih tinggi akan menurunkan keinginan vendor untuk menggunakan mode hybrid.

­Analisis ini menjelaskan satu keuntungan inovasi pada karakteristik jaringan dengan menggunakan internet. Internet menggunakan standar dan modular sistem teknologi, dengan switching cost yang rendah sehingga memudahkan mode standarisasi hybrid. Hal ini memungkinkan perusahaan menyatukan keuntungan dari standar pasar dengan standarisasi yang telah ditetapkan.

­Proses standarisasi yang sudah berlangsung selama beberapa tahun dan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan harus disesuaikan kembali. Vendor dan user yang potensial tidak perlu menerima standarisasi jika tidak dapat dibuktikan bahwa standardisasi tersebut memberikan keuntungan. Kemungkinan kerja sama meningkat dan kerja sama tidak perlu terjadi pada awal pengenalan produk baru di pasar.

­Dalam studi kasus, sulit melakukan pengukuran secara langsung mengenai biaya dan pendapatan yang mendorong mode standarisasi, khususnya switching cost, biaya tawar-menawar dan eksternalitas positif. Namun ada pendapat bahwa biaya tersebut akan mengalami perubahan selama periode waktu tertentu. Proporsi tersebut dapat diinterprestasikan: peningkatan switching cost dan biaya lainnya cenderung membuat mode standarisasi hybrid lebih memungkinkan untuk diterapkan. Dengan demikian, model tersebut dapat memprediksikan perubahan mode standarisasi melalui perubahan yang terjadi pada switching cost, biaya tawar-menawar dan eksternalitas.*****

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.