Keterbatasan dikarenakan oleh teknologi transmisi.
Lihatlah ruang angkasa, batasnya adalah kemampuan mata kita memandang ke atas.
Pada saat ini, teknologi yang tersedia membutuhkan satu “lokasi” dalam spektrum frekuensi untuk dapat berkomunikasi. Sehingga bila ada pihak lain yang masuk ke “lokasi”yang sama sistem akan terganggu. Hal ini mirip dengan ekslusivitas pada kapasitas sebuah kursi untuk satu orang, bila telah ada yang duduk di kursi tersebut, maka kursi tidak dapat diduduki oleh orang lain, atau jikapun dipaksakan akan menimbulkan ketidak-nyamanan.
Sistem pemancaran dan penerimaan gelombang elektromegnetik yang ada sekarang ini, dapat dikatakan sebagai sistem bodoh, karena hanya mampu menerima satu frekuensi yang sudah dialokasikan.
Bayangkan sebuah pesta yang di dalamnya berpuluh orang saling berbicara satu dengan lainnya, membuat bising, namun di tengah suasana ramai tersebut orang masih dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Otak manusia mampu memilih dan memilah informasi yang dikomunikasikan.
Jika suatu ketika ditemukan teknologi pemancaran dan penerimaan gelombang elektromagnet yang cerdas, yang tidak terbatas pada hanya satu alokasi frekuensi saja, yang mampu memilih dan memilah frekuensi mana yang kosong, maka pada saat itu;ah tidak ada lagi ungkapan keluhan bahwa spektrum frekuensi merupakan sumber daya yang terbatas.
Yang terbatas bukan spekrum-nya tetapi teknologi untuk memanfaatkan spektrum tersebut.
Rempoa, 27 Desember 2004
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.