Pengantar
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, partai politik dapat disetarakan dengan organisasi modern yang mau tidak mau harus memiliki keunggulan bersaing agar tetap eksis dalam lingkungan ketata-negaraan yang semakin kompleks dan kompetitif meliputi antara lain aspek ekonomi, budaya, sosial dan politik.
Agar menang dalam kompetisi, partai politik yang modern sebaiknya:
Memiliki karakter yang dinamis;
Memiliki keunggulan kompetitif;
Memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas unggul jasmani dan rohani;
Berkarya berdasarkan suatu sistem manajemen kepartaian modern;
Memanfaatkan teknologi sebagai sarana membangun keunggulan kompetitif.
Teknologi yang mampu untuk mendukung partai politik agar memiliki persyaratan sebagai sebuah partai modern sebagaimana tercantum dalam butir 2 di atas adalah Teknologi Informasi (TI).
Teknologi Informasi
Per definisi, TI adalah suatu teknik atau cara untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi. Meskipun demikian, tidak berarti semua cara untuk mengumpulkan dan seterusnya hingga menyebarkan dan menyajikan informasi dapat disebut Teknologi Informasi. Batasan dalam pengertian ini adalah bahwa teknik yang digunakan tunduk pada disiplin ilmu elektronika, komputasi, dan pemrograman.
Wujud nyata TI yang dapat kita lihat antara lain berupa peralatan komputer beserta perlengakapan pendukungnya, seperti monitor, printer, scanner, hard disk, diskete, modem, Internet, saluran telepon, aplikasi piranti lunak, dan lain sebagainya. Pada perkembangannya yang terakhir, peralatan sistem telekomunikasi yang semula berdiri terpisah dari kelompok komputer, telah berkonvergensi membentuk jaringan komunikasi data serta aplikasi multimedia.
Pada masa sekarang konfigurasi peralatan komputer tersebut menjadi sangat berdaya guna terutama setelah munculnya Internet. Dengan Internet, Sistem Informasi yang semula hanya terdapat pada suatu lokasi tertentu saja, dan hanya dapat diakses dari satu atau beberapa lokasi tertentu lainnya, sekarang ini menjadi suatu jaringan global yang dapat diakses dari mana saja, oleh siapa saja, dan dari mana saja.
Manfaat Teknologi Informasi
Implikasi dari tersedianya Internet sebagai suatu jaringan komputer global pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori. Kategori pertama, adalah implikasi negatif, berupa dampak negatif dari penggunaan Internet secara tidak bertanggung jawab seperti munculnya jenis kejahatan baru yang menggunakan Internet, maraknya sajian pornografi melalui Internet, serta perilaku negatif lainnya yang dipicu oleh Internet. Adapun kategori kedua, berupa dampak positif dari penggunaan Internet, yang sebetulnya lebih besar dari pada dampak negatifnya. Sebagaimana sebuah pisau, yang sangat tergantung pada siapa yang menggunakannya, demikian pula Internet. Jika digunakan untuk kebaikan, manfaatnya akan sangat besar, sebaliknya jika yang menggunakannya orang yang tidak bertanggung jawab, mudharat-lah yang akan dihasilkan.
Dalam konteks yang positif dan sejalan dengan upaya mewujudkan cita – cita partai politik, TI setidaknya dapat menawarkan manfaat untuk:
a. Memberikan dukungan manajemen pengelolaan organisasi partai berupa penyediaan basis data (database) keanggotaan, koordinasi pusat-daerah, pembinaan kader, pengelolaan sumber daya (keuangan, aset, SDM, dan lain – lain), serta tersedianya Sistem Informasi Eksekutif bagi pembuatan keputusan oleh jajaran Pimpinan.
b. Menjadi sarana yang efektif dan efisien di dalam upaya komunikasi dan penyebaran informasi dari pusat ke daerah, atau sebaliknya; media interaksi antara pengurus, kader, dan anggota; serta sarana kampanye yang murah dan mampu menjangkau seluruh wilayah konstituen.
Hubungan TI dan Cita – Cita Partai Politik
Sebagai suatu organisasi, partai politik tidak luput dari keharusan untuk menawarkan manfaat (benefits) kepada konstituen yang ingin dijadikan sasaran. Jika dalam organisasi bisnis benefit yang ditawarkan berupa barang dan jasa, dalam partai politik yang ditawarkan untuk “dijual” kepada masyarakat adalah CITA-CITA PARTAI yang tercermin dari Visi, Misi, Ideologi, dan Program Kerja. Jika untuk memperoleh barang dan jasa harus diperoleh dengan transaksi yang dibayar dengan uang, untuk memperoleh dan merasakan manfaat dari CITA-CITA PARTAI rakyat membelinya dengan menyerahkan hak suara yang “diberikan” kepada partai yang disukainya. Pertanyaannya adalah bagaimana partai politik dapat memanfaatkan TI sedemikian rupa sehingga sebanyak – banyaknya pemegang hak suara memberikan suaranya untuk ditukarkan dengan CITA-CITA PARTAI yang ditawarkan.
Jawaban dari pertanyaan di atas adalah pemanfaatan TI secara terencana, teratur dan terbarukan setiap saat, serta memperoleh dukungan dari setiap elemen partai politik dari jajaran pimpinan di tingkat pusat hingga di tingkat cabang dan ranting. Sebagai contoh, suatu survei yang dilakukan oleh George Washington University baru – baru ini menunjukkan bahwa electronic mail (e-mail) telah menjadi sarana komunikasi politik yang cukup ampuh dan popular di Amerika selama putaran pemilu 2002 (untuk memilih senator). Survei tersebut melaporkan dua per tiga dari dari aktivis politik berkomunikasi dengan media massa dan konstituen menggunakan e-mail. Ditambahkan para pelaksana kampanye merasa lebih sukses berkampanye menggunakan Internet dan e-mail.
Keberhasilan pemanfaatan TI dalam kegiatan partai termasuk untuk kampanye, penggalangan dukungan dana, dan pembinaan kader sebagaimana ditunjukkan di Amerika Serikat menunjukkan setidaknya tiga hal, adanya perencanaan yang bagus dalam memanfaatkan Internet sebagai sarana efektif menggalan dukungan massa, adanya dukungan dari pimpinan partai politik dan kesediaan mereka berkomunikasi dengan konstituennya menggunakan Internet, serta sudah terbiasanya masyarakat pemilih ber-Internet dan sekaligus mempercayai Internet sebagai sarana komunikasi yang efektif dan efisien.
Hambatan
Meskipun barangkali sudah banyak pimpinan partai politik yang mengetahui atau setidaknya pernah mendengar manfaat TI bagi partai politik, namun demikian setidaknya di Indonesia, ada kendala besar yang menghambat implementasi TI di kalangan partai politik.
Hambatan terbesar adalah masih banyak pemimpin partai yang tidak akrab dengan teknologi, khususnya TI. Hal ini dapat dimengerti karena mereka berasal dari generasi masa lalu yang tumbuh ketika Internet belum menjadi menu sehari – hari. Hambatan berikutnya adalah, “karena tidak mengerti maka tidak menyukai” ungkapan ini pernah muncul dari seorang ketua umum partai besar di Indonesia ketika menanggapi soal lambannya pembangunan TI di Indonesia. Dua hal di atas sebetulnya merupakan hambatan utama dari pimpinan partai politik yangdapat menjelaskan mengapa partai politik masih enggan ber-TI. Hambatan lain yang bersifat teknis, seperti langkanya SDM yang mumpuni di bidang TI di kepengurusan partai politik, atau minimnya dana untuk mengadakan perangkat TI, dapat diatasi dengan mudah bila sudah ada leadership dari atas.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.